Hijabi Hatimu Part 39 (ini mubazhir ?)

Menangis bukanlah senjata terakhir ketika hati sudah tak tahan lagi.  Bukan pula pelampiasan bagiku menangis itu ada kegiatan yang benar adanya karena ketidak sengajaan keadaan batin yang memang tak seiringan dengan keadaan dhohir.  Maka akan keluar air mata entah dikehendaki atau diingini.  Hanya kamu yang tahu.
Berusaha untuk menggapai tujuan namun tujuan itu bukan kehendak hati maka dalam prosesnya akan terasa berat karena keikhlasan yg benar tidak dihadirkan, perjalanan akan terasa bimbang tak tenang.
Jika betul hidup sesuai dengan prinsip dan tujuan berdasarkan hati maka dalam kekeliurannya akan dinikmati dan bersyukur senantiasa terlantunkan.
Tujuan yang disajikan dalam cita-cita itu mulia dan seperti halnya kehidupan pasti ada ujungnya berupa kematian..maka perjalanan akan berujung pada cita-cita dengan lengkap dengan caranya namun jika hal yang dijalani mubazir apakah Tuhan akan membiarkannya?  Atau menghalaunya?  Atau mengingatkannya?  Menegurnya?  Seperti apakah ini jawabannya. Dalam pikiran saya entah benar atau salah jika dalam perjalanan kita senantiasa bersama-sama tawakal terhadap Tuhan maka segala sesuatu itu diridhoi dan inshaAllah berkah. Jika dalam perjalanan dibiarkan Tuhan seperti tidak ada kendala yang berat namun diri ini jauh dari tawakal maka akan terlena dan entah seperti apa nasibnya. Karena jika diri ini memiliki kepercayaan akan ketauhidan Tuhan maka tawakal bukanlah hal yang tabu lagi, melainkan suatu yang perlu dilibatkan dalam hidupnya karena segala sesuatu pasti ada aturannya jika ingin kesejahteraan hidupnya. 
Namun jika perjalanan meraih cita-cita dan telah melibatkan tawakal namun jalannya tidak sesuau dengan rencana diri ini artinya bahwa ada halangan dan rintangan yang berarti Tuhan tidak mengizinkan dan diganti jalan itu atau dihalau dari arah yang lain oleh Tuhan maka itu yang terbaik, berat dan merasa tidak nyaman awalnya namun yakin pada diri ini bahwa ini yang terbaik dari Tuhan karena tidak akan mungkin Tuhan membiarkan ciptaan yang telah tawakal terbelenggu begitu saja dengan salah arah. Yakinilah.
Keyakinan membuat kita damai, tenang dan nyaman. Keyakinan menjadi landasan atas segala sesuatu dan di atas segala sesuatu.  Keyakinan jenis keimanan. 
Tuhan ada karena keyakinan
Dan Tuhan hadir karena kita mengenal
Tuhan bercampur tangan karena kita tawakal.

Lns
Salamkertaslipatputih

Ujungpandan, Jepara
1 September 2017
18.58 wib

Komentar