Model-Model Pembelajaran
1. CTL (Contextual
Teacher and Learning)
Tokoh yang mempelopori
adalah John Dewey.
CTL merupakan suatu proses
pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan
ajar secara bermakna yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata (lingkungan
pribadi, sosial, ekonomi, maupun kultural)
Model pembelajaran
menggunakan CTL mampu mendorong siswa
menghubungkan yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, pengalaman sesungguhnya
dan penerapannya / manfaatnya. Sehingga siswa memperoleh ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu
konteks permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain.
Teori yang melandasi
CTL :
ü Knowledge
Based Contructivisme
Teori
ini beranggapan bahwa belajar bukan hanya menghafal melainkan mengalami. Siswa
mampu mengkontruksi sendiri pengetahuan melalui partisipasi aktif secara
inovatif dalam proses pembelajaran.
ü Effort
Based Learning / Incremental Theory of Intelegence
Teori
ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan
mendorong siswa memiliki komitmen terhadap tujuan belajar
ü Socialization
Teori
ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses sosial yang menentukan terhadap
tujuan belajar. Maka faktor sosial dan budaya merupakan bagian dari sistem
belajar
ü Situated
Learning
Teori
ini beranggapan bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus situasional dalam
konteks secara fisik maupun konteks secara sosial dalam rangka mencapai tujuan
belajar
ü Distributed
Learning
Teori
ini beranggapan bahwa manusia merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran yang di dalamnya harus terjadi berbagai proses pengetahuan dan
bermacam-macam tugas
Proses Belajar Berdasarkan Pendekatan Konstektual :
Belajar tidak hanya menghafal
tetapi belajar harus mengalami dan mengkonstruksikan pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakn
kumpulan fakta-fakta atau proporsisi yang integra, dan sekaligus dapat
dijadikan ketrampilan yang dapat diaplikasikan
Setiap siswa memiliki sikap yang
berbeda dalam menanggapi situasi baru dan dibiasakan menemukan sesuatu untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya
Belajar secara kontinu dapat
membangun struktur otak sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan ketrampilan
pengetahuan dan ketrampilan yang diterima
Belajar yang efektif berpusat
pada siswa sehingga dapat memahami bagaimana cara menggunakan pengetahuan dan ketrampilan baru
Kersama kelompok dapat menumbuh
kembangkan kebiasaan sharing dalam team learning
Karakteristik CTL :
Kerjasama antar siswa dan guru
Saling membantu antar siswa dan
guru
Belajar dengan enjoy
Pembelajaran terintegrasi secara
kontekstual
Menggunakan multi media dan
sumber belajar
Cara belajar siswa aktif
Sharing bersama
teman
Siswa kritis dan guru kreatif
Laporan siswa bukan hanya buku
rapor, namun hasil praktikum, karangan siswa dan lain sebagainya
Prinsip CTL :
a)
Constructivism
Student Center (siswa yang lebih aktif di dalam
pembelajaran dibandingkan dengan guru)
b)
Inquiry
Pembelajaran
merupakan proses penemuan dari siswa sendiri
c)
Questioning
Dalam
pembelajaran siswa diharapkan berpikir kritis sehingga akan muncul pertanyaan
d)
Learning community
Dibentuk
tim dalam pembelajaran sehingga siswa dapat sharing dengan temannya
e)
Modeling
Pembelajaran
yang baik dengan efektif adalah dengan alat peraga, sehingga siswa dapat dengan
mudah memahami materi yang dipelajari
f)
Authentic assessment
Penilaian
dalam CTL tidak hanya dititik beratkan pada
penilaian hasil, namun penilaian yang mempertimbangkan antara proses dan hasil.
Dengan penilaian autentik menantang siswa agar dapat mengaplikasikan berbagai
informasi akademis baru dan keterampilannya dalam situasi konteksual secara
signifikan
g)
Reflection
Setelah
selesai pemebalajaran materi hendaknya terdapat evaluasi dan dapat mengetahui
seberapa besar ketercapaian pemahaman siswa terhadap materi
h)
Intedependensi
Terdapat
hubungan yang bermakna antar proses pembelajaran
dalam konteks kehidupan nyata sehingga
siswa yakin bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan dimasa
datang
i)
Deferensial
Dapat
mendorong siswa menghasilkan keberagaman, perbedaan, keunikan dan terciptanya
kemandirian dalam belajar yang dapat mengkonstruksi minat siswa untuk belajar
mandiri dalam konsteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan
nyata dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna
Pendekatan yang
digunakan dalam metode CTL :
Problem Based Learning
Pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga siswa
dapat belajar belajar berpikir kritis dalam melakukan pemecahan masalah yang
ditunjukkan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan
pelajaran
Authentic Instruction
Pendekatan
pembelajaran yang memperkenankan siswa mempelajari konteks kebermaknaan melalui
pengembangan keterampilan berpikir dan melakukan pemecahan masalah di dalam
konteks keidupan nyata
Inquiry Based Learning
Pendekatan
pembelajaran dengan mengikuti metodelogi sains dan memberi kesempatan untuk
pembelajaran bermakna
Project Based Learning
Pendekatan
pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri untuk
mengkonstruksi pembelajarannya (pengetahuan dan ketrampilan baru), dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata
Work Based Learning
Pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari bahan ajar dan menggunakannya kembali ditempat kerja
Service Learning
Pendekatan
pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan
berbagai ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tugas
terstruktur dan kegiatan lainnya
Cooperative Learning
Pendekatan
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil peserta didik untuk bekerjasama
dalam rangka mengoptimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
Komponen CTL :
Construktivism (Konstruktivisme)
Pengetahuan
dibangun peserta didik secara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas
melalui konsteks terbatas. Mengkonstruksi pengetahuan baru melalui pengalaman
nyata, sehingga peserta didik tidak hanya sekedar menerima pengetahuan namun
siswa menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran (child center)
Inquiry (Penemuan)
Proses
penemuan terhadap sejumlah pengetahuan dan ketrampilan.
Proses
inquiry terdiri atas :
a.
Pengamatan
b.
Bertanya
c.
Mengajukan dugaan
d.
Pengumpulan data
e.
Simpulan
Questioning (Bertanya)
Proses
bertanya merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah dalam kehidupan,
membangun perhatian, minat, motivasi, sikap, membangkitkan interaksi antar
siswa dengan siswa, intraksi antar siswa dengan lingkungannya, menggali dan
menemukan banyak informasi dan ketrampilan yang diperoleh peserta didik
Learning Community (Masyarakat
Belajar)
Pembelajaran
merupakan proses kerjasama antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan
siswa dengan lingkungannya. Pembelajran
signifikan jika dilakukan dalam kelompok belajar sehingga akan ditemui berbagai masalah, berbagai
pengalaman, dan berbagai pemecahan masalah
Modeling (Pemodelan)
Pemodelan
dalam pembelajaran dilakukan oleh guru, peserta didik, atau dengan mendatangkan
narasumber dari luar. Dengan adanya
modeling dapat membantu
ketuntasan belajar pada siswa
Reflection (Refleksi)
Cara
berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajari di masa lalu.
Guru
dapat membantu siswa membuat hungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan baru.
Dalam
proses pembelajaran guru menyiksakan waktu untuk peserta didik melakukan refleksi
dalam bentuk :
a.
Pertanyaan langsung siswa tentang
yang diperoleh hari ini
b.
Menulis di jurnal pelajaran di
buku pribadi siswa
c.
Kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran hari ini
Model Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM
merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.
Model
pembelajaran PAIKEM menggambarkan keseluruhan proses belajar mengajar yang
berlangsung menyenangkan dengan melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi
secara aktif selama proses pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan tersebut diperlukan ide-ide kreatif dan inovatif
guru dalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar
tidak tercapai dengan baik. Konsep
PAIKEM menciptaan model-model pembelajaran yang lain. Banyak peneliti yang mengembangkan
model- model pembelajaran baru dengan menggunakan singkatan yang mudah diingat
orang seperti S-T-M, RANI, MATOA, dan lain-lain. Singkatan S- T-M (Sains
Teknologi Masyarakat), RANI (Ramah, Terbuka dan Komunikatif), MATOA
(Menyenangkan Atraktif Terukur Objektif dan Aktif). Model pembelajaran PAIKEM bukan model
pembelajaran baru. Sebelum PAIKEM muncul, model pembelajaran CBSA (cara belajar
siswa aktif) telah lama populer dalam model pembelajaran yang digunakan
guru-guru.
Model
Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) model
pembelajaran yang secara langsung menjadikan peserta didik sebagai pusat
belajar (student centered learning). Dalam penerapan strategi pembelajaran ini,
guru berperan sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi peserta didik untuk
belajar. Pengetahuan diperoleh peserta didik berdasarkan pengalamannya sendiri,
bukan ditransfer pengetahuan dari guru.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubungan
interpersonal antara guru dan peserta didik berlangsung baik. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk membuat suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan.
Dalam konsep PAIKEM, pembelajaran yang menyenangkan dapat dicapai karena
peserta didik yang aktif selama proses pembelajaran. Selain itu, motivasi
belajar juga memiliki andil yang tinggi terhadap suasana senang belajar. Supaya
motivasi belajar tetap tinggi, guru perlu memberikan umpan balik terhadap hasil
belajar yang telah dicapai atau tugas yang telah diselesaikan oleh peserta
didik. Model PAIKEM banyak menggunakan strategi pembelajaran CTL.
Model
PAIKEM menuntut guru untuk kreatif menggunakan berbagai metode, alat, media
pembelajaran dan sumber belajar. Contoh metode pembelajaran yang berorientasi
pada peserta didik metode pembelajaran kontekstual :
1. Investigasi (Investigation)
Metode investigasi dapat dilaksanakan secara
kelompok atau individu. Metode ini dilakukan dengan cara melibatkan peserta
didik dalam kegiatan investigasi (penelitian/penyelidikan). Kegiatan peserta
didik dimulai dari membuat perencanaan, menentukan topik dan cara melakukan
penyelidikan untuk menyelesaikan topik.
Contoh ide penerapan metode investigasi :
1) Belajar Kewirausahaan di industri kecil misalnya mempelajari
sejarah perkembangan industri, pengadaan bahan baku, proses produksi dan
pemasaran
2) Belajar Biologi di lingkungan sekolah (kebun) untuk mengamati
perkembangbiakan tumbuhan, mengamati kehidupan serangga, mengklasifikasikan
jenis tumbuhan dan bebatuan, dsb
3) Belajar Bahan Pangan di supermaket, hal-hal yang diselidiki
misalnya: jenis dan nama sayuran, buah, bumbu, rempah-rempah yang masih asing;
mengidentifikasi jenis-jenis mie dan pasta; mengidentifikasi jenis-jenis ikan,
dsb.
2. Inquiry (Penemuan)
Metode
inquiry adalah metode yang melibatkan peserta didik dalam proses pengumpulan
data dan pengujian hipotesis. Guru membimbing peserta didik untuk menemukan
pengertian baru, praktek keterampilan, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan
pengalaman belajar mereka sendiri. Dalam metode inquiry, peserta didik belajar
secara aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan.
Contoh materi pelajaran yang bisa
dilakukan dengan metode inquiry misalnya:
1) Perubahan wujud benda pada benda-benda di sekitar rumah misalnya:
lilin dipanaskan, es dicairkan, air dipanaskan, semen dicairkan, dsb. Peserta
didik disuruh mengamati perubahan yang terjadi pada benda- benda tersebut.
2) Gaya dan Gerak (IPA) melalui pengamatan pada alat mainan anak
seperti ketapel, panah-panahan, mobil-mobilan, layang-layang, plastisin,
dll. Peserta didik disuruh membedakan
gaya tarikan, dorongan dan gaya yang merubah gerak.
3) Zat Cair, mengamati zat cair (air, minyak wangi, minyak goreng,
oli, solar, sabun cair, dsb). Kegiatan belajar yang bisa dilakukan antara lain:
menghitung massa jenis zat cair, membandingkan kekentalan zat cair, menguji
hukum Archimedes, membandingkan gejala kapileritas dari berbagai zat cair, dsb.
3. Discovery learning
Discovery learning merupakan strategi yang
digunakan untuk memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru.
Bruner (1996) menyarankan agar peserta didik belajar melalui keterlibatannya
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip yang dapat menambah pengalaman
dan mengarah pada kegiatan eksperimen. Kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode discovery mirip dengan inquiry. Perbedaan terletak pada
peran guru. Dalam metode discovery guru dan peserta didik sama-sama aktif.
Discovery sering diterapkan percobaan sain di laborartorium yang masih
membutuhkan bantuan guru.
Contoh materi yang dapat dipelajari dengan
menggunakan metode discovery antara lain:
1) Magnet, peserta didik mengamati benda-benda yang dapat ditarik
oleh magnet, guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan tentang
sifat-sifat magnet
2) Analisis kandungan gizi pada bahan makanan
3) Praktik perubahan energi (kimia→panas→gerak)
dan (kimia →
panas →
bunyi)
4) Praktik Sistem Tata Udara (AC)
5) Praktikum sumber energi listrik dari dinamo sepeda
4. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu
permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan
membuka dialog. Metode ini tepat digunakan pada kelas yang kreatif, peserta
didik yang berpotensi akademik tinggi namun kurang cocok diterapkan pada
peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Metode ini sangat potensial untuk
mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna
bagi kehidupan siswa.
5. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Di dalam problem solving peserta didik belajar
sendiri untuk mengidentifikasi penyebab masalah dan alternatif untuk memecahkan
masalahnya. Tugas guru dalam metode problem solving adalah memberikan kasus
atau masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan.
Kegiatan peserta didik dalam problem solving
dilakukan melalui prosedur:
1) identifikasi penyebab masalah
2) pengkajian teori untuk
mengatasi masalah atau menemukan solusi
3) pengambilan keputusan dalam
mengatasi masalah berdasarkan teori yang telah dikaji.
Contoh penerapan metode problem solving misalnya :
1) Mengapa orang berbadan gemuk
dan kurus ? Kasus ini bertujuan untuk mempelajari angka kecukupan energi (AKE)
individu menurut kelompok usia.
2) Mengapa sehabis makan, orang
sering mengantuk dan menguap ? Kasus ini digunakan untuk mempelajari sistem
metabolisme dalam tubuh manusia.
3) Mengapa makanan kering, manis
dan asin menjadi lebih awet ? Kasus ini digunakan untuk mempelajari bahan-bahan
pengawet makanan alami.
6. Mind Mapping
Mind
mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan melatih
kemampuan menyajikan isi materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind
mapping). Mind mapping adalah suatu diagram yang digunakan untuk
merepresentasikan kata- kata, ide-ide, tugas-tugas, ataupun suatu yang lainnya
yang dikaitkan dan disusun mengelilingi kata kunci ide utama.
Mind
mapping dikembangkan oleh Tony Buzan (2002) sejak akhir tahun 1960-an sebagai
cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci
dan gambar. Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak
kiri dan kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami
masalah dengan cepat karena telah terpetakan dan hasil mind mapping berupa mind
map.
Langkah-langkah
mind mapping:
1) Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai
2) Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. Permasalahan sebaiknya
dipilih yang mempunyai banyak alternatif jawaban
3) Peserta didik mengidentifikasi
alternatif jawaban dalam bentuk peta pikiran atau diagram
4) Beberapa peserta didik diberi
kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berpikirnya
5) Dari data hasil diskusi,
peserta didik diminta membuat kesimpulan dan guru memberi peta konsep yang
telah disediakan sebagai pembanding pembelajaran peta konsep dapat dilakukan
dengan strategi pembelajaran kelompok maupun individu
Mata
pelajaran yang berpotensi untuk menggunakan metode mind mapping adalah mata
pelajaran yang banyak membutuhkan pemahaman konsep.
Contoh-contoh
topik yang dapat dibuat mind mapping misalnya:
1) Penyebab banjir dan upaya
mengatasinya
2) Faktor-faktor yang membentuk
sikap dan karakter manusia
3) Rumus-rumus kimia yang
terdapat pada bahan makanan
4) Proses terjadinya hujan
7. Metode Role Playing
Metode
role playing atau bermain peran dilakukan dengan cara mengarahkan peserta didik
untuk menirukan aktivitas di luar atau mendramatisasikan situasi, ide, karakter
khusus. Guru menyusun dan menfasilitasi permainan peran kemudian
ditindaklanjuti dengan diskusi. Selama permainan peran berlangsung, peserta
didik lain yang tidak turut bermain diberi tugas mengamati, merangkum pesan
tersembunyi dan mengevaluasi permainan peran.
Permainan
peran digunakan untuk membantu peserta didik memahami perspektif dan perasaan
orang lain menurut variasi kepribadian dan isu sosial. Role playing digunakan
untuk menjelaskan sikap dan konsep, rencana dan menguji penyelesaian masalah,
membantu peserta didik menyiapkan situasi nyata dan memahami situasi sosial
secara lebih mendalam. Bermain peran tidak dapat dilakukan secara spontan di
kelas dengan persiapan yang terbatas. Bermain peran sangat potensial untuk
mengekpresikan perasaan, mengembangkan pemahaman terhadap perasaan dan
perspektif orang lain, dan mendemontrasikan kreativitas dan imajinasi dengan
memerankan sebagai tokoh hidup.
Langkah-langkah
pembelajaran :
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
dan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru memberikan skenario untuk
dipelajari
3) Guru menunjuk beberapa peserta
didik untuk memainkan peran sesuai dengan tokoh yang terdapat pada skenario
4) Peserta didik yang telah
ditunjuk bertugas memainkan peran maju dan bermain peran di depan peserta didik
lainnya
5) Peserta didik yang tidak
bermain peran bertugas mengamati kejadian khusus dan mengevaluasi peran
masing-masing tokoh
6) Peserta didik merefleksi
kegiatan bersama-sama.
Contoh
mata pelajaran dan materi yang dapat menggunakan metode permainan peran (role
playing) adalah:
1) Permainan peran tamu dan
pelayan pada mata pelajaran Tata Hidang
2) Percakapan dalam bahasa asing
(memperagakan cara berkomunikasi yang baik dengan menggunakan bahasa
asing)
3) Permainan peran si kaya dan
pengemis untuk membangkitkan empati peserta didik
4) Permainan peran penjual dan
pembeli untuk melatih keterampilan menjadi seller dan konsumen yang baik
5) Pemainan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) untuk melatih
peserta didik menangani kasus-kasus kecelakaan dalam kegiatan PMR (Palang Merah
Remaja)
8. Simulasi
Simulasi
merupakan latihan menempatkan peserta didik pada model situasi yang
mencerminkan kehidupan nyata. Simulasi menuntut peserta didik untuk memainkan
peran, membuat keputusan dan menunjukkan konsekuensi. Simulasi dapat membantu
peserta didik untuk memahami faktor-faktor penting dalam kehidupan nyata, apa
yang harus dimiliki dan bagaimana cara memiliki agar bisa menjalankan kehidupan
(tugas, pekerjaan) pada lingkungan nyata.
Metode pembelajaran simulasi
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Sajikan topik, prinsip
simulasi dan prosedur umum yang harus diikuti
2) Susun skenario dan
demonstrasikan beberapa poin penting yang harus dilakukan peserta didik dalam
mensimulasikan pekerjaan, atau tugas
3) Atur tokoh yang akan
mensimulasikan kegiatan, pekerjaan, atau tugas
4) Lakukan proses simulasi dan
pantau terus menerus, betulkan prosedur, prinsip yang belum mencapai standar
kerja.
5) Refleksikan kegiatan simulasi
bersama-sama baik dari peserta didik yang melakukan simulasi, peserta didik
yang hanya melihat simulasi dan guru
Contoh
mata pelajaran dan materi yang sering menggunakan metode simulasi antara lain:
1) Simulasi pramugari dalam
mengajarkan cara-cara menyelamatkan diri
2) Mitigasi bencana alam gempa,
gunung meletus, banjir, dsb.
3) Simulasi mengatasi kebakaran
karena gas elpigi, kompor minyak, arus listrik, dsb.
4) Simulasi mengendalikan pesawat
udara bagi calon pilot
Daftar Pustaka
Hanafiah, Nanang.2009.Konsep
Strategi Pembelajaran.Bandung:Adi Tama.
Dr. Endang Mulyatiningsih. 23-25 AGUSTUS 2010."PEMBELAJARAN
AKTIF, KREATIF, INOVATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM)."
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endang-mulyatiningsih-mpd/5cmodel-pembelajaran-paikem22810.pdf”.[12
Desember 2014 pukul 13.00].
Komentar
Posting Komentar