Bukan apa-apa, Bukan siapa-siapa

Manusia dengan 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, 2 bibir, 2 tangan, 2 kaki, 1 hidung dan segala bentuk anggota tubuh yang lain adalah kategori manusia secara morfologi berfungsi dengan baik.
Fungsi dari anggota tubuh disebut fisiologi. Bukan tuntutan, permintaan ataupun yang lain. Itulah prasyarat hak hakiki yaitu hak hidup.
Setiap orang terlindungi dan dijaga oleh satu atau dua malaikat yang nyata yaitu orang tua.
Ini bukan pilihan, ini adalah keputusan agar mencapai yang semestinya. Karena campur tangan Tuhan tidak bisa dielakkan.
Kategori dalam hidup selalu dibatasi oleh fase-fase pertumbuhan. Ada teorinya namun saya lupa. Saya hanya mengingat teori belajar dari piaget bahwa kapasitas otak. Teori ini lebih memetakkan manusia selama belajar (berkecimpung dalam dunia pendidikan *dunpen*) dalam 4 tahap dan lebih mendetail.
Hidup untuk belajar atau belajar untuk hidup ?
Silahkan kalian pilih. Ini adalah salah satu statement yang saya sendiri belum paham dimana saya seharusnya memposisikan diri.
Belajar menggunakan progres, begitu pula dengan hidupnya orang dewasa menggunakan progres lengkap dengan prioritas. Memilah dan menempatkan yang seharusnya pas atau lebih dipaksakan.
Penempatan seperti ini perlu dimengerti bersama bahwa ini yang membuat rasa dalam hati dan benak pikiran bercabang-cabang. Senang sementara, galau, males, pesimis, mundur, dan kemungkinan kemungkinan yang ikut menyumbang untuk diladeni oleh pribadi sendiri.
Sepertinya teori konstruktivisme itu tepat. Belajar itu dari pengalaman modalnya, kemudian dibangun pengetahuan baru yang selaras.
Ini adalah jiwa yang hidup. Ada pikiran dan ada hati.
Pergunakan dengan tepat.
Pilihlah yang tepat.
Jalani dengan tepat.
Jiwa ini bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa.

18.16
Ujungpandan,
Welahan, Jepara

LNS
Salamkertaslipatputih

Komentar