Saya dapatkan ketika perjalanan ke semarang malam ini jam 20:48 wib
Ketika saya berada tepat di samping truk yang mengakut kayu glondong, namun saya kurang paham jenis kayu apa itu yang jelas diameternya bervariasi. Kisaran 1-5 meter dan kayu itu memiliki panjang yang sama tidak melebihi panjang truk.
Sepintas itu hal yang biasa dan pernah saya lihat pula di waktu yang berbeda.
Perjalanan macet membuat saya sedikit menikmati suasana malam kota wali (demak) tanpa bintang di atas awan tapi diwakili dengan sejuknya angin malam dengan suhu lingkungan normal 25°C. Itu sudah membayar penatnya jalan yang hampir penuh.
Kembali lagi dengan apa yang terpikir 1 hingga 3 menit setelah aku melihat totonan kayu di dalam truk.
Pandai ya bisa serapi itu dan bisa dikatakan tidak ada rongga yang lebar disetiap sela-sela tumpukan.
Tidak saya duga..ada semacam temuan dalam pikiran.
Manusia.
Pola pikir, gaya hidup, organisasi dan kegiatan lain yang melibatkan kerjasama adalah serawung orang yang tidak mutlak pribadinya pandai dalam memanajemen dan eksekusi secara sendiri.
Kita tengok apapun jenia kegiatan itu.
Saling mengisi. Ada yang dominan (ibarat kayu tadi yang paling besar diameternya) bisa menjadi penopang wadahnya orang-orang baik anggota maupun atasannya.
Dominan yang sering ada & dikenal banyak orang tidak selalu ketua dan posisi mereka tidak selalu di atas yang sering dinobatkan sebagai pemimpin karena dominan mempunyai kiasan yang pas yaitu dia yang frekuensinya lebih banyak dibandingkan yang lain. Begitu pula totonan kayu tadi yang dominan adalah yang diameter kecil bukan diameter besar. Dominan kayu tadi bisa dihubungkan dengan fak pemerintahan yang bermaksudkan adalah ketika pemerintah sebagai legislatif maka diimbangi dengan eksekutif dan yudikatif sebagai pengontrol. Dan dominan pada pemerintah adalah rakyat maka diakan menjadi kunci utama kebasaran negara. Rakyat yang dominan akan menjadi penopang, pengisi kekosongan namun dia adalah bahan baku utama sebuah negara ibarat hal rakyat hanya tergambar kecil dibandingkan dengan pemerintah (seperti pada totonan kayu, yang lebih dominan adalah diameter kecil selain dia sebagai pelengkap, dia juga sebagai bahan baku utama untuk membuat totonan kayu menjadi rapi dan sela-sela tidak begitu lebar).
Totonan kayu tadi adalah campuran dari berbagai diameter dengan panjang yang sama sehingga terlihat selaras. Ibaratkan pada kehidupan ini adalah suatu organisasi anggota di dalamnya beraneka macam kekuatan, mental, loyal (diameter kayu yang berbeda) namun dari cara penerimaan yang sama(sama panjang) sehingga tidak boleh ada kesenjangan seperti saling melemahkan, memarginalkan, menggeser, dan penghalang karena mereka seharusnya saling melengkapi agar tidak ada rongga yang lebar dari sela-sela antar anggota satu dengan yang lain dan tidak menerima penyusup yang asal masuk tanpa prosedur yang semestinya pada umumnya (seperti totonan kayu tadi tidak ada sampah yang terbang masuk di sela-sela yang masih longgar karena diameter antar kayu satu dengan diameter kayu lain saling melengkapi).
Dalam satu truk diameter kayu yang besar akan campur dengan diameter kecil karena itu akan bagus dan muat banyak. Begitu pula dengan organisasi, dia para anggota sebaiknya saling baur tidak memandang jabatan yang dipangkunya saat dalam organisasi namun merangkuk semua anggota entah itu hanya anggota staff atau kepala staff karena akan terbentuk rapi, bagus dan memuat banyak orang. Tidak hanya dia yang memangku jabatan tinggi berbaur dengan para pemangku jabatan tinggi lainnya. Jika demikian maka organisasi tersebut akan diskip oleh orang luar sebagai pengamat dan tidak akan mau tau sebagus apapun kinerja mereka jika tidak mempunyai korsa antar anggota maka pondasi atau penopang itu akan roboh karena dari totonan kayu bagian bawah (base) itu campur antara kayu dengan diameter kecil dan kayu dengan diameter besar. Akhirnya filosofi totonan kayu tidak jauh berbeda dengan kehidupan manusia.
#salamkertaslipatputih
#lns
Minggu, 11 Oktober 2015
At 22:57 wib
Komentar
Posting Komentar