Lembaran Takdir

Takdir Mu adalah pembatas bagiku. Kuasa Mu adalah jalanku. Dan segala yang tertulis dalam Alqur'an adalah pedomanku. Aku tidak pernah berpikir untuk menjalani hidup ini. Aku jua tidak pernah meminta beban hidup ini pada Mu. Tapi kenapa engkau menunjukku untuk menjalankan ini?
Apakah aku insan terpilihmu? Ataukah aku insan hina yang pantas dengan jalan hidup ini? Allah aku bertanya pada Mu.
Tiada tempo untuk ku memohon pada Mu dengan segala takdir yang seperti ini.
Tapi Allah, sungguh aku merasakan hal yang luar biasa ini. Jika aku tidak engkau sisihkan menjadi hamba Mu yang merasakan dan menjalankan pola kehidupan yang seperti ini mungkin aku tiada pernah tahu dan tidak pernah aku mau belajar menelaah dan mengerti dengan kerumitan yang selalu bergandengan dengan jalan ku.
Allah, jodoh itu urusan Mu?
Apa benar itu menjadi rahasia Mu?
Apakah aku benar-benar tidak boleh tahu ? Jika aku tahu tentu aku akan lebih siap dan menyiapkan. Apapun itu.
Allah, kenapa Engkau memberi rahasia yang besar pada rasa yang dititipkan dalam kalbu berupa kasih sayang dan cinta ?
Itu sangat mengganjal. Apa Engkau tahu itu ?
Allah, aku ingin Engkau menuruti apa mau ku dan memberikan semuanya. Allah Engkau pasti sanggup itu kan?
Allah, aku bertanya pada Mu.
Aku melihat di depan cermin ternyata ada bayangan flashback perjalanan hidup ku.
Sekarang aku sedang duduk pula di depan cermin melihat langkah ku ini.
Allah, aku agresif
Jika aku boleh memilih titipkan rasa cinta yang lebih untuk orang yang selalu aku rindukan, yang selalu aku pikirkan, yang selalu ada dalam impian ku untuk bisa mengingat hati kita dalam ijab kalbul pernikahan kita sesuai syariat Mu dan negara ku.
Tapi Engkau memberi aku PR sesekali di momentum yang seperti ini.
Orang tua adalah wakil Mu di muka bumi.
Bahagia Mu, Kasih sayang Mu, cinta Mu, murka Mu semuanya engkau titipkan pada dua orang yang selalu menemaniku. Mana berani aku menentang itu? Ketika mereka mengatakan stop, kaki ku akan membujur kaku.
Allah, kadar Mu terlalu agung, aku tak dapat bersanding disebelahnya.
Aku akan diam. Menjaga rasa yang sepatutnya hanya untuk Engkau prioritas terbesar bukan pula pada 2 orang yang menjaga ku.
Takdir Mu adalah pembatas bagiku sekali lagi ini.
Detik seperti ini, hanya doa yang membungkus segala rindu, kenangan rasa bahagia bersama, rasa senang, rasa memiliki, rasa cemburu, rasa curiga, rasa dicinta, dan rasa mencintai yang dulu dan di tempat ini masih ada (kalbu). Tapi aku adalah manusia yang terdidik dan terpelajar. Sepantas dan seharusnya aku mengikuti alur yang disuguhkan untuk ku secara pribadi hingga aku mampu menorehkam segala macam bagian-bagian keinginan Mu di atas lembaran lembaran takdir yang masih bening itu.
Aku berjalan di atas lembar jalan takdir yang telah Engkau persiapkan dengan berbagai rahasia misterius Mu itu.
Keyakinan itu yang terbaik untuk ku adalah ucapan yang akan ku ungkapkan di depan cermin yang melihat diriku lengkap dengan hati dan pikiran karena aku tidak akan sanggup menyeleweng dari irodat Mu.
Takdir ku di dalam tangan-tangan Mu.
Engkau tidak akan dan tak pernah kekurangan cara untuk menyusun kata dengan melodi skenario yang indah dalam buku catatn kecil ku yang ditandai tebal bahwa firman Mu adalah petunjuk bagi ku dan sekali lagi takdir sebagai pembatas ku.

Di lembaran takdir ku
#salamkertaslipatputih
#laila nurul sufa
#12 Agustus 2015
#01.32
#Semarang

Komentar