Aku yang pernah 22, 23, dan 24 adalah wujud yang aku sendiri merasa aneh, tidak mengenal diri sendiri, emosional negatif yang sangat tinggi, dan sangat tidak berdamai dengan perasaan yang ada di dalam hati. Perasaan was-was, tidak karuan, dan bisa dipastikan setiap doa terselip permohonan "ya Alloh berikanlah ketentraman pada hatiku"
Selama 3 tahun aku selalu gagal meyakinkan diri karena segala survive yang coba aku lakukan semua tidak bertahan lama dan membuat aku terus menerus gundah. Entah ini lebih cepat mematikan.
Tiga tahun aku selalu mencari alasan bukan solusi..tepatnya aku mencari sebab mengapa demikian hati aku ini.
Aku temukan jawabnnya
Fase yang aku alami 22, 23 dan 24 adalah fase dimana aku lulus s1 telah menemukan kenyamanan didukung oleh minat aku, kemampuan aku dan passion aku, namun pada saat itu pula aku dihadapkan pada faktor eksternal seperti jalan lain dari keluarga yang aku sama sekali tidak ada feel bahkan minatpun tidak aku temukan pula. Akhirnya dampaknya berkepanjangan hingga di 24ku.
Bener-bener ini fase beratku.
Pernah aku merasa nyambung dengan dosen kurikulumku di pascasarjana namanya pak sigit beliau berkata bahwa coba kalian ingat-ingat bahwa pasti selama perjalan kehidupan kalian hingga saat ini ada fase dimana kalian sangat bahagia dan fase dimana kalian sangay bersedih. Dan aku sangat sepakat karena aku pun pernah berpikiran yang sama persis seperti beliau.
Aku pun menjawab bahwa saat ini aku berada di fase down itu pak.
Aku 22 yang telah mencoba dengan keras bagaimana aku keluar dari pikiran-pikiran ini, ngerasa gak bisa apa-apa, ngerasa beban menjalani kehidupan ini, ngerasa aku udah gak sanggup.
Menangis bahkan menjadi senjataku saat aku harus kuat dan selalu mencoba
Tapi semua terasa sia-sia.
Mencoba berdamai mencari orang-orang yang mampu menengkanku semua juga hanya sepintas setelah itu aku kembali lagi menjadi sedih.
Disaat aku seperti ini, Tuhan memang tak mungkin tega membiarkan aku begitu akhirnya aku diberi jalan yaitu aku diberikan kesempatan kembali untuk ngajar di SDN di kecamatan welahan jepara. Betapa ini adalah duniaku kembali lagi. Aku menyadari bahwa bangun pagi menjadi kewajiban dan tatapan anak-anak kelas satu adalah nyawa ku. Aku kembali menjadi Laila Nurul Sufa yang memiliki jiwa.
24 tahun ku adalah jawaban
Semoga akhir dari kesedihan yang suatu saat nanti akan menjadi sejarah untuk ku ceritakan kepada anakku kelak agar dia paham akan fase kehidupan, menghargai, tekun, dan hidup dengan jiwa.
Terimakasih mas...engkau mewarnai hari ku kembali, engkau yang selalu ada dan melihat dengan jelas setiap air mata ku menetes, omongan menyerah bahkan pesimis dengan hidup, merasa tidak bervisi dan tidak memiliki arti. Engkau sabar mas....selalu membantuku, nasehati dan memberikan pilihan-pilihanku, mendukung pula apapun keputusanku namun tidak luput kau sodorkan resiko positif dan negatifnya. Bahkan aku tahu engkau juga sedang berjuang untuk tetap berdiri dengan mencari-cari pekerjaan sesuai dengan passion mu. Terimakasih engkau tegar dan menegarkanku.
Ibu dan bapakku
Hikmahnya 22 dan 23 adalah aku mampu dekat dengan beliau
Selalu mencium pipi ibu bapak, memeluk ibu bapak dan meneteskan air mata saat berangkat kuliah apalagi kembali ngekost. Laila yakin..ibu bapak selalu mendoakan aku dan selalu menyayangiku.
Pesanku....jangan pernah lagi memberikan jalan yang lain untukku saat aku sudah mampu menentukan jalan sendiri dan aku sangat memiliki jiwa di dalamnya.
Terimakasih pelajaran yang sangat berharga itu. Aku mengerti arti terpuruk, dibuang, bingung, tidak tentram bahkan menangis kesedihan.
Tempatku istirahat
21.15
Salam kertas lipat putih
LNS
Komentar
Posting Komentar