Hijabi hatimu part 68 (ini peringatankah?)

Kejadian itu di bulan september tanggal 28 tahun 2018 di hari jum'at sontak aku teringat dawuh kyai bahwa kiamat datang di hari jum'at. Apakah ini pertanda datangnya sudah tak perlu dihitung jarak karena sudah terlalu dekat hanya dilihat dengan mata saja sudah nampak. Tuhan
Gempa 7.4 SR disertai tsunami di Sulteng betapa teriris hati ini melihat kabar duka seperti ini. Tuhan apa yang harus kami koreksi?
Iya disetiap kejadian pasti ada hikmah (pelajaran yang perlu direfleksi, direvisi bahkan diperbaiki) aku harus tahu tentang ini.
Air bening dari mata ini mulai menetes ketika melihat siaran televisi bahwa masjid ada yang masih berdiri kokoh walaupun berada di pantai karena posisi bangunnya memang mengapung di pantai dan bangun gereja masih kokoh karena berada di jarak tak jauh dari pantai. Sungguh inilah bukti bahwa kesucian akan tetap tegak dalam guncangan dahsyat sekalipun karena lindungaMu ya Robb.
Rasanya iba saat mendengar betapa panik, betapa terguncang dan hancur saat berada pada daerah titik Tuhan berkehendak adanya bencana alam. Setelah reda..yang terpikir silih berganti menjadi kehilangan, trauma, sedih, tangisan pasti tiada henti karena hal berharga terpisahkan pada raga ini kehilangan sosok yang selalu di hati dan sangat berharga. Tapi satu yang perlu sadar yaitu ikhlas. Jika cintamu kepada hal (harta, tahta, dan keluarga) lebih sederhana dibandingkan Tuhan mencintai hal itu maka ikhlas adalah caranya.
Belum selesai rasa duka ini kembali dilaporkan bahwa pesawat terbang kehilangan radar keberadaan kemudian perkiraan pesawat tersebut terjatuh entah dimana karena belum dapat dibuktikan. Tuhan serentak itukah Engkau memberikan pelajaran kepada kami?
Aku bertanya lagi.
Rasanya semakin deras tak mampu terkendali kelopak mata ini melahan air bening yang semakin terluluh. Robb ada anak bayi yang belum ada dosa kemudian Engkau memanggilnya kembali padaMu lagi..berapa hati ini tak tega mendengar kabar bahwa sebagian besar penumpang maskapai ini adalah pengabdi negara. Astagfirullahal'adzim
Keluarga yang mendadak mendengar kabar bahwa bagian keluarganya menjadi korban bukan lagi mimpi inilah kehilangan yang nyata tanpa rencana serta tanda. Robb
Pelajaran dari dwi peristiwa ini adalah perbaiki sikap sifat yang tidak layak menjadi layak. Sayangi semuanya bahwa hak kita bukan menerima kasih sayang namun hak bahagia saat hal yang kita lakukan dinikmati dengan senyum tulus oleh orang di sekitar kita. Mengabdi dan berbakti pada orang tua yang kasih sayangnya sangat menembus batin ini lebih dalam saat sekarang dirasakan dan disadari. Terimakasih Robb atas hikmah ini
Deraian air mata menjadi tanda kesadaran batin yang kaku dan hati yang kelam.
Segalanya menjadi lebih peka.
Karena inilah peringatan dan pelajaran

Salam kertas lipat putih
LNS

7 November 2018
14.10 wib
Pojok rumah bagian kanan
Ujungpandan, Jepara

Komentar