Hijabi Hatimu Part 57 (Menebakpun ku tak sanggup)

Aku lahir apakah menjadi pilihanku
Aku sekolah dan berteman dengan siapa  apakah menjadi pilihanku
yang ku tahu adalah aku nyaman dan kita klop maka kita akan bareng
ada 3 hal yang membuat pertemanan hingga persahabatan
1. adanya kepentingan bersama
2. adanya kesamaan
3. adanya kebetulan

Aku tidak pernah berencana dengan bertemu dengan siapa  dalam kuliah di Universitas PGRI Semarang
Selalu aku ingat  adalah dengan adanya ketidak sepenuh hatian untuk menjalani masa studi dengan tanpa pikir panjang efeknya bagaimana jika pilihan itu bukan pilihan dalam hati sendiri.

Setelah itu, ternyata indah. Benar pula bahwa kita tidak tahu lembaran setelah sampul sebagai rumusku sendiri.

Selama semester 1 sampai 3 aku belum mengerti jalan kuliahku ini bagaimana selanjutnya aku hanya egois dengan kondisi kelas. Ibaratnya aku selalu membuat onar dengan memberikan segala macam pertanyaan yang aku sendiri tidak mengerti kenapa aku bisa bertanya sampai hal mendasar dan tidak terpikirkan oleh teman-teman. Konyol memang sehingga acungan jariku saat sesi tanya jawab sukup dihindari #tanganSakti

Mereka berteman dengan ku karena kita satu kelas. Bahkan mungkin karena memiliki kepentingan. Haha perasangka burukku mulai muncul

Kembali ke alur berpikir ku dalam menulis  bagian ke 57 ini adalah menceritakan bagaimana mungkin aku dapat berteman dengan Mbak Silvi, mengenal akrab Wahyu dan memiliki kemistri dengan Bu Anita. Aku sungguh tak pernah merencanakan dan aku sungguh tak pernah ingin memiliki kepentingan dengan beliau ini.

Mbak silvi adalah senior ku selama kuliah di PGRI
Aku bertemu dengannya saat mengikuti kegiatan UKKI di Mranggen sepertinya saat ini aku semester 1
Setelah itu, aku hanya mengetahui namanya dan tertarik bertanya karena Mbak Silvi memakai kaos yang lambangnya karate. Hanya sebatas itu.
Kemudian aku lupa bagaimana aku bisa berteman lagi dengan mbak Silvi.

Setahuku adalah kita kenal dekat melalui membuat PKM karena dalam satu tim dan tidak lolos. Aku bangga

Setelah itu kita ketemu dengan penuh ceria banyak kesamaan dari kita saling mengisi dan menanggapi
Cara berpikir kita untuk menyikapi sesuatu sebagian besar sama. Kita bersama dan aku sangat menyayangi mbak yang satu ini
Aku cukup tahu bagaimana pola pikir mbak yang dapat membuat dia berubah karena dia tidak cukup dengan keadaan atau situasi yang terdekte atau tersistem yang tidak dilandasi karena hatinya sendiri.

Pemikiran macam menganalisis dan merenung kemudian sadar rasa adalah cara pandang kita serta menyikapi hal yang ada. Cukup sederhana bukan. Kita tidak bisa hanya stag di satu tempat atau di satu situasi yang ada saja bukan karena kita serakah atau tidak bersyukur dengan yang dijadikan alasan hidup bukan kita hanya mengikuti jalan hidup dari Tuhan. Itu yang kita rasakan. Begitu  pun dengan WAHYU sebagai sebagai saudara kembarku karena pemikiran kita yang sama hampir 97% kita sama dalam sikap dan karakter perbedaan 1% sebagai cara berpikir ilmiahnya seperti ini maksudnya cara dia menyelesaikan permasalahan dalam tugas kuliah atau soal  fisika di SMA yang bagai saya adalah racun otak itu diselesaikan dengan logika semacam menutunkan rumus sendiri dari cara pandang dia yang cukup konkret sepat berpikir gila itu otaknya kuk bisa begitu ya apa karena dia tidak doyan dengan ikan hanya doyan telor dan ayam saja bahkan buah pun tidak doyan apakah itu yang menjadi dirinya cukup genius ?
1% selanjutnya adalah menyikapi hati yang menjadikan dia sakit tapi dengan mudah dia menyembunyikan bahkan menghilangkan dengan sekejap. Dia tidak membiarkan orang lain bersedih. 1% terakhir  adalah kebejoan yang  selalu dia dapatkan (kalau bagian ini hanya pemikiranku saja)
Dari ketiga hal tersebut hanya yang membuatku merasa tak adil sebagai saudara kembar karena tiga hal itu yang membuat kita berhasil dalam hidup. maafkan aku

Kembali pada Mbakku tadi.
Tidak terasa lulus di tahun 2016 adalah saat kita berpisah dengan waktu yang panjang untuk tidak ketemu
Tahun 2018 memang jika sadar sudah 2 tahun namun ternyata sebentar karena aktifitas yang masing-masing dari kita berjalan saat bertemu lagi tanggal 27 April 2018 pukul 16.20 WIB adalah hal terakhir kita kemarin untuk bertanya dan saling mengisi keadaan dengan segala pemikiran bahkan cerita dari kita masing-masing
Di pertengahan waktu Mbak Silvi memberikan kado untuk wisuda (mbak itu udah lama banget wisudanya di tahun 2017 hehe) dan disusul dengan selembar undangan pernikahan.
Mbak Silvi menikah entah ini kekurang ajaran aku atau karena alasan apa ya aku tidak bisa menemukannya dalam diriku sendiri. Aku ingin menangis malam tadi tapi apalah kemampuanku atas itu yang ku tahu dan cara menyikapiku adalah masih adanya kontak yang dapat kita saling berkomunikasi satu sama lain. Dalam perjalanan pulang, aku berpikir
Allah ini adalah jalan takdir dari Mu untuk ku
Aku tidak pernah mengira bagaimana jalanku selanjutnya bahkan dulu aku tidak pernah berencana dalam jalan masa lalu ku
Menebakpun ku tak sanggup atas segala hal kecil bakan besar pun aku tak kuasa dengan hal itu.
Dalam persimpangan jalan itu, aku sadar bahwa jarak, situasi, kondisi dan waktu yang menjadi tabir pemisah untuk bertemu namun kita masih memiliki pemikiran yang sama.

Begitu pun dengan Bu Anita  ibarat kenal karena adanya kepentingan untuk penelitian di kelas 5 menuntaskan penelitian untuk sebagian realisasi penulisan skripsi.
Namun setelah itu, aku tetap  berkomunikasi karena aku mendaftar sebagai staff guru di SD N 1 Ujungpandan tempat Bu Anita pula memberikan ilmu kepada anak didiknya. Bersama bekerja saling bercanda dan membantu pekerjaan walau hanya mengetik saja rasanya sangat senang karena klop dengan keadaan saling membutuhkan
Setelah keadaan yang harus aku pilih maka kita berpisah rasanya asing bagiku dengan sikap beliau yang sudah dingin saat akau berkunjung lagi di sekolahan setelah itu aku merasa acuh pula.
Kemudian aku mengungkapkan segala macam rasa ingin bersama dalam atap sekolah karena kangen dengan bercanda dan kekeluargaan di sana rasanya ingin kembali dengan resiko banyak. Namun tidak ddikehendaki dan bukan jalan untuk ku ternyata.
Saat kembali dalam sekolah namun bukan sekolah dasar yang dulu ada Bu Anita adalah kehampaan karena merasa nyaman dengan sikon itu maka rasanya aneh saja. Saat tak terduga dengan bertemu di satu waktu dalam kondangan adalah hal yang tidak terencana dan tidak terduga maka panggilan "Mbak Ela" yang khas membuat ku tak tahan untuk meluapkan rasa kangen dan ingin bersama lagi dengan refleksi air mata di pangkuan Bu Anita. Ingin sekali jika  bisa memilih ulang adalah mengabdi dengan para rekan yang klop dalam situasi dan kondisinya serta pengabdian dalam desa sendiri, namun saat ini aku hanya dapat menjalani dan menikmati itu
tak lupa "Sadar"

SalamKertasLipatPutih
LNS

Semarang
27 April 2018
7.40 WIB

Komentar

Posting Komentar